Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

21/04/2012

Sirah Nabawiyah



Sumber: alsofwa.or.id

Beberapa Hukum Dan Pelajaran Dari Peristiwa Hijrah Nabi Ke Madinah
Pada khuthbah yang disampaikan Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam di hari penaklukan Mekkah dinyatakan bahwa "Tidak ada lagi hijrah setelah penaklukan Mekkah akan tetapi hanya ada jihad dan niat" (HR.Bukhari). Jadi hijrah dari Mekkah ke Madinah tidak lagi dihitung wajib sekalipun hukumnya tetap wajib dari negeri kafir ke negeri-negeri Islam hingga Hari Kiamat.
            Hijrah ke Madinah disyari'atkan agar kaum Muslimin dapat dengan bebas beribadah kepada Rabb mereka dengan rasa aman, mendirikan pilar negara Islam dan menjaganya, untuk kemudian memperluas wilayah negara ini melalui dakwah kepada Allah. Sementara berhijrah setelah penaklukan Mekkah tidak begitu penting lagi karena eksistensi Islam sudah kuat dan kaum Muslimin sudah memiliki negara sehingga keberadaan kaum Muslimin di negeri mereka sendiri adalah lebih efektif untuk menjalankan syi'ar-syi'ar Islam dan menyebarkan ajarannya di seluruh pelosok negeri.
            Sementara jihad tetap berjalan hingga hari Kiamat. Oleh karena itu, setelah penaklukan, Rasulullah membai'at kaum Muslimin atas Islam, iman dan jihad dan tidak membai'at mereka atas hijrah.
Mengenai hal ini, Ibn 'Umar r.a., menjelaskan, "Hijrah terputus setelah penaklukan pada masa Rasulullah sementara ia tetap berlaku selama masih ada orang-orang Kafir yang diperangi." Maknanya, selama di dunia ini masih ada Dar Kafir, maka hijrah masih wajib bagi orang yang masuk Islam dan khawatir terjadi fitnah terhadap diennya.
Dalil penguat atas statement ini adalah firman Allah Ta'ala pada ayat 97-98, surat an-Nisa`. Dengan demikian, momentum berdirinya Negara Islam di Madinah dan kebutuhan akan bala tentara yang bertindak melindunginya menuntut diwajibkannya hijrah ke Madinah bagi setiap Muslim yang mampu.
            Al-Khaththabi berkata, "Hijrah ke Madinah dilakukan pada masa beliau Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam untuk mendampingi beliau berperang dan mempelajari syari'at Islam. Allah Ta'ala telah menegaskan masalah ini dalam beberapa ayat sampai-sampai memutus permberlakukan hak saling melindungi antara orang yang berhijrah dan tidak berhijrah. Yaitu dalam firman-Nya (artinya) "Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah" (Q.s., al-Anfal:72). Tatkala Mekkah berhasil ditaklukkan dan orang-orang secara berbondong-bondong masuk Islam dari seluruh kabilah, maka gugurlah kewajiban berhijrah namun hukumnya tetap dianjurkan."
            Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan pula bahwa bilamana ada diantara negara-negara kafir itu yang lebih memberikan perlindungan dan kebebasan kepada seorang Muslim di dalam menjalankan diennya dan dakwah, maka ia lebih pantas untuk dijadikan tempat menetap bila mana jalan ke arah itu memungkinkan bagi si Muslim dan tidak wajib baginya berhijrah karena negeri-negeri ini sudah seperti Dar Islam. Jadi menetap di sana lebih baik ketimbang meninggalkannya karena lebih diharapkan ada orang lain yang nantinya masuk Islam."
            Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam menggunakan segala faktor-faktor pendukung dan sarana-sarana materialistik yang secara alami akal manusia memang menghajatkannya di dalam menghadapi permasalahan seperti itu. Tindakan berhijrah itu dilakukan beliau, bukan karena faktor takut dirinya celaka atau ragu kemungkinan dirinya jatuh ke tangan kaum Musyrikin, akan tetapi ini adalah pensyari'atan bagi umat agar mereka meneladani beliau sehingga dalam setiap perbuatan mereka, selalu berpegang kepada faktor-faktor pendukungnya.
            Adalah sunnatullah, bahwa sebab ada bila ada penyebabnya selama Allah tidak membatalkan hal itu sebagaimana yang diperbuat-Nya ketika api Dia jadikan dingin dan keselamatan bagi Ibrahim a.s.,. Bila yang terjadi seperti ini, maka ini merupakan bagian dari mukjizat Nabi dan keramat bagi orang-orang Shalih serta istidraj (perdayaan) bagi orang-orang yang tidak shalih dari kalangan manusia. Buktinya, setelah beliau melakukan semua faktor-faktor pendukung yang bersifat materialistik tersebut, beliau menjadi tenang sementara sahabat beliau, Abu Bakar masih diliputi kecemasan. Konsekuensi dari ketergantungan kepada berbagai sarana kehati-hatian itu setidaknya masih menyisakan sedikit rasa takut dan cemas. Jadi, semua sarana kehati-hatian itu adalah tidak lain merupakan bagian dari tugas pensyari'atan yang harus beliau lakukan. Maka tatkala beliau selesai menjalankannya, hati beliau kembali tertaut dengan Allah Ta'ala, bergantung kepada perlindungan dan taufiq-Nya. Hal itu agar kaum Muslimin mengetahui bahwa ketergantungan di dalam segala sesuatu tidak pantas kecuali kepada Allah Ta'ala semata dan itu tidak menafikan pengambilan faktor-faktor pendukung dan tadbir untuk mencapai tujuan.
            Kesediaan 'Ali untuk tidur di ranjang Rasulullah menggantikan beliau pada malam hijrah tercatat sebagai keutamaan pribadinya yang amat besar dan menunjukkan keimanan serta keberaniannya. Ini juga menunjukkan bolehnya menipu musuh dan mengelabui mereka, bila hal itu dilakukan sebagai salah satu upaya mendapatkan faktor-faktor keselamatan.
            Peran yang dimainkan para pemuda di dalam melaksanakan rencana Rasulullah untuk berhijrah, seperti peran 'Ali dan putera-putera Abu Bakar dianggap sebagai peran teladan dan baik sekali dari para pemuda Islam tersebut.
            Sesungguhnya mukjizat-mukjizat yang ditampakkan Allah untuk melindungi Nabi-Nya di dalam rihlah tersebut datang sebagaimana mukjizat yang lainnya, sebagai bagian dari pemuliaan kepada Rasulullah dan isyarat bahwa Allah adalah Penolongnya dan akan memantapkan diennya di muka bumi, baik dalam waktu yang lama ataupun singkat.
            Demikian juga, peran yang dilakukan Abu Bakar di dalam hijrah, tercatat sebagai keutamaan pribadinya yang terbesar. Sebenarnya, sudah cukup baginya sebagai kemuliaan bahwa dirinya disinggung di dalam al-Qur'an berkenaan dengan hal itu, dalam firman-Nya (artinya), "Dua orang ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:"Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita." (Q.s.,at-Tawbah:40)           
 Bila kita merenungi kisah Abu Ayyub dan isterinya di dalam bertabarruk (mengambil berkah) dari bekas-bekas (peninggalan-peninggalan) Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam dan persetujuan beliau atas hal itu, maka jelaslah bagi kita disyari'atkannya mencari berkah dari semua bekas-bekas (peninggalan-peninggalan) beliau, bila masih ada. (Lihat: at-Tawassul: Anwâ'uhu Wa Ahkâmuhu, karya Syaikh al-Albâniy:142-147)
            Sikap yang ditunjukkan Abu Ayyub al-Anshariy dan isteri menunjukkan betapa kecintaan para shahabat terhadap diri Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam. Dan ini merupakan gambaran yang terus terjadi sepanjang sirah Nabawiyyah.
            Keengganan Rasulullah memakan bawang merah merupakan salah satu hal yang khusus bagi beliau saja, sebab pada dasarnya beliau menghalalkannya bagi kaum Muslimin dengan syarat tidak memakannya ketika akan ke masjid kecuali bila sudah hilang baunya. Rasulullah sendiri memberikan pengarahan akan hal itu, yaitu bahwa barang siapa yang ingin memakan bawang merah, maka hendaknya dia mematikan (bau)nya dengan cara dimasak.

SUMBER: as-Sîrah an-Nabawiyyah Fî Dlaw`i al-Mashâdir al-Ashliyyah, karya Dr.Mahdiy Rizqullah Ahmad, h.288-291)




07/04/2012

Beberapa Amalan Sunnah Dari Mutiara Hadits Nabi



Beberapa Sunnah-Sunnah Yang Utama


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


1. Orang yang berpegangan kepada sunahku pada saat umatku dilanda kerusakan maka pahalanya seperti seorang syahid. (HR. Ath-Thabrani)
 
2. Barangsiapa dikaruniai Allah kenikmatan hendaklah dia bertahmid (memuji) kepada Allah, dan barangsiapa merasa diperlambat rezekinya hendaklah dia beristighfar kepada Allah. Barangsiapa dilanda kesusahan dalam suatu masalah hendaklah mengucapkan "Laa haula walaa quwwata illaa illaahil'aliyyil'adzhim." (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)" (HR. Al-Baihaqi dan Ar-Rabii')
 
3. Orang yang cerdik ialah orang yang dapat menaklukkan nafsunya dan beramal untuk bekal sesudah wafat. Orang yang lemah ialah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan muluk terhadap Allah. (HR. Abu Dawud)
 
4. Angin adalah dari kebaikan Allah yang membawa rahmat dan azab, maka janganlah kamu mencaci-makinya. Mohonlah kepada Allah limpahan kebaikannya dan berlindunglah kepada Allah dari keburukannya. (HR. Bukhari)
 
5. Rasulullah Saw melarang bernazar dengan sabdanya : "Sesungguhnya itu (nazar) tidak dapat menolak sedikitpun dari takdir dan hanya penarikan uang dari orang bakhil." (HR. Bukhari)

Penjelasan:
Orang bakhil tidak bisa ditarik uangnya dengan rela hati, tetapi dimungkinkan melalui nazar.
 
6. Anas Ra berkata,"Kami bertanya kepada Rasulullah Saw, "Bila berjumpa sahabat (saudara seiman) apakah kita saling membungkuk?" Nabi Saw menjawab, "Tidak usah." Kami bertanya lagi, "Apakah berpelukan satu sama lain?" Nabi menjawab, "Tidak, tetapi cukup dengan saling bersalaman." (HR. Ibnu Majah)
 
7. Rasulullah Saw melarang kami mengenakan pakaian dari sutera, memakai cincin emas dan minum dengan tempat yang biasa dipakai untuk minum arak (seperti kendi). (HR. An-Nasaa'i)

Keterangan:
Khusus untuk kaum wanita (muslimah) diperkenankan untuk menggunakan perhiasan dari emas dan perak, serta memakai pakaian sutera dan pakaian yang dibordir dengan sutera (yang terdapat suteranya), namun hal tersebut diharamkan untuk kaum pria (muslimin). Khusus untuk kaum pria yang mempunyai penyakit gatal-gatal (penyakit exim) yang umumnya sering menggaruk-garuk pada kulit yang gatal tersebut, maka menggunakan pakaian sutera diperbolehkan untuk mereka. Hal tersebut pernah dialami oleh Zubair dan Abdurrahman bin 'Auf, dan Rasulullah pun mengizinkannya.

8. Sebaik-baik urusan adalah yang pertengahannya (yang adil atau tidak berlebih-lebihan). (HR. Al-Baihaqi)
 
9. Allah tidak menyukai pria yang bersuara keras (tinggi), tetapi Allah suka kepada yang bersuara lembut. (HR. Al-Baihaqi)
 
10. Sesungguhnya Allah Ta'ala indah dan suka kepada keindahan. Allah suka melihat tanda-tanda kenikmatannya pada diri hambaNya, membenci kemelaratan dan yang berlagak melarat. (HR. Muslim)
 
11. Bersenda-guraulah dan bermain-mainlah. Sesungguhnya aku tidak suka kalau terjadi kekerasan dalam agamamu. (HR. Al-Baihaqi)
 
Penjelasan:
Yang dimaksud, agar dalam beragama kita bersikap luwes dan tidak kaku.
 
12. Laksanakan urusan-urusanmu dengan dirahasiakan. Sesungguhnya banyak orang menaruh dengki kepada orang yang memperoleh kenikmatan. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
 
13. "Hiburlah hatimu pada saat-saat tertentu." (maksudnya, adalah hiburan yang tidak melanggar norma agama dan akhlak). (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
 
14. Tidak kecewa orang yang istikharah (memohon pilihan yang lebih baik dari Allah), tidak menyesal orang yang bermusyawarah dan tidak akan melarat orang yang hidup hemat. (Ath-Thabrani).
 
15. Orang yang paling dekat dengan Allah ialah yang memulai memberi salam. (Abu Dawud)
 
16. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya. Kamu tidak dapat masuk surga kecuali harus beriman dan tidak beriman kecuali harus saling menyayangi. Maukah aku tunjukkan sesuatu bila kamu lakukan niscaya kamu saling berkasih sayang? Sebarkan salam di antara kamu. (HR. Muslim)
 
17. Janganlah kamu berbaring dan meletakkan kaki yang satu di atas yang satu lagi. (HR. Muslim)

18. Rasulullah Saw bila menerima berita yang menggembirakan, beliau sujud syukur kepada Allah 'Azza wajalla. (HR. Al Hakim)
 
19. Demi Allah, aku ini orang yang paling takut kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya. Tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan tidur, dan aku mengawini wanita- wanita. Barangsiapa mengabaikan sunnahku maka dia bukan dari golonganku. (Mutafaq'alaih)
 
20. Jangan membiarkan api tetap menyala di rumahmu selama kamu tidur. (HR. Bukhari)
 
21. Sesungguhnya Assalaam nama dari nama-nama Allah Ta'ala diletakkan di bumi, maka sebarkanlan ucapan "Assalaam" di antara kamu. (HR. Bukhari)
 
22. Rasulullah Saw melarang orang makan atau minum sambil berdiri. (HR. Muslim)
 
23. Sesungguhnya Allah Tunggal (Esa) dan suka kepada yang ganjil (bilangan yang tidak genap). (HR. Tirmidzi).
 
24. Pakaian untukmu yang terbaik ialah yang berwarna putih, maka pakailah dan juga untuk mengkafani mayit-mayitmu. (Ath-Thahawi)
 
25. Rasulullah Saw apabila bersin, beliau menutup wajahnya dengan tangan atau dengan bajunya dan mengecilkan (merendahkan) suaranya. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
 
26. Sesungguhnya Allah pemalu dan suka merahasiakan. jika kamu akan mandi hendaklah menutupinya (bertabir) dengan sesuatu. (Abu Dawud)
 
27. Rasulullah Saw menyukai mendahulukan yang kanan dalam segala hal, meskipun waktu berjalan dan ketika memakai sandal. (HR. Ibnu Hibban)
 
28. Perlahan-lahan dalam segala hal adalah baik, kecuali dalam amalan untuk akhirat. (HR. Abu Dawud dan Al Hakim)

29. Aku berwasiat kepadamu agar bertakwa kepada Allah 'Azza wajalla, agar mendengar, taat dan patuh meskipun pemimpinmu seorang budak. Barangsiapa hidup panjang umur dari kamu maka dia akan melihat banyak silang-sengketa. Berpeganglah kepada sunnahku dan sunnah-sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk dan hidayah (sesudahku). Gigitlah kuat-kuat dengan gigi gerahammu. Waspadalah terhadap ciptaan persoalan-persoalan baru. Sesungguhnya tiap bid'ah mengandung kesesatan. (HR. Tirmidzi)

Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press