Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

26/03/2013

Dua Syarat Agar Ibadah Kita diterima Oleh Allah

Segala puji bagi Allāh subḥānahu wa ta’ālā, ṣalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasul-Nya, para keluarga, sahabat, dan umatnya yang selalu  istiqamah hingga hari akhir.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah salah seorang ahli tafsir al-Qur’an, berkata :
“Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rosulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 9/205, Muassasah Qurthubah.)
Maka Agar amal ibadah kita tidak sia-sia dan bisa diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, harus mempunyai dua rukun. Yaitu :
1. Harus ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala
Yaitu harus benar-benar murni untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak tercampur dengan syirik dan juga riya’ (ingin di puji manusia), Sebagaimana terdapat dalam sebuah hadits, Rosulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ“Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal perbuatan kecuali yang murni dan hanya mengharap ridho Allah”. (HR. Abu Dawud dan Nasa’i)
2. Harus sesuai dengan tuntunan Nabi kita shallallahu ‘alayhi wa Sallam
Yaitu harus sesuai dengan dalil dari al-Qur’an maupun dari sunnah, berupa ajaran, serta petunjuk dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam, dan tidak melakukan amalan-amalan yang tidak di contohkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam dan para shahabatnya Radhiallahu ‘anhum. Sebagaimana di dalam hadits :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ“Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amal itu tertolak”. (HR. Muslim)
Demikianlah dua rukun yang harus kita miliki dan kita lakukan agar semua amal ibadah kita diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga harus terpenuhi kedua-duanya.
Imam Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata :
“Sesungguhnya andaikata suatu amalan itu dilakukan dengan ikhlas namun tidak benar maka amalan itu tidak diterima. Dan andaikata amalan itu dilakukan dengan benar tapi tidak ikhlas, juga tidak diterima, hingga ia melakukannya dengan ikhlas dan juga benar. Ikhlas semata karena Allah, dan benar apabila sesuai dengan tuntunan Nabi ”
(Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, karya Imam Ibnu Rojab Al Hambali)
Wasallallahu Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa sallam walhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin.
http://pemudamuslim.com/manhaj/bidah/dua-syarat-agar-ibadah-kita-diterima-oleh-allah/

Rumput-Rumput Liar di Tengah Kebun Cinta

Siapa yang suka ada rumput-rumput liar yang tumbuh di kebun rumahnya? Mengurangi kerapian, mengganggu pemandangan, menghalangi tumbuh suburnya bunga-bunga cantik yang sengaja ditanam di sana.
Siapa yang suka ada harmoni yang terganggu di taman cintanya dan sang suami? Menambah cepat detak jantung, menyempitkan dada, menggiring awan kelabu tepat di atas atap rumah.
Tumbuhnya rumput-rumput liar pasti tak bisa diduga; sebuah fenomena alam yang tak berada dalam kendali tangan kita. Sedikit bumbu cekcok dalam mahligai rumah tangga … anggap saja seperti sup ayam yang ketumpahan serbuk merica; pedas-pedas panas tapi menghangatkan.
Suami-istri pasti akan berikhtiar menjaga kebun cinta mereka agar hanya didominasi bunga-bunga yang indah. Rumput-rumput liar? Segera cabut sampai ke akar-akarnya!
1. Taqwa di dada
Banyak masalah bisa diselesaikan dengan bekal “taqwa”. Semua perjalanan mesti diiringi dengan bekal taqwa.
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىBerbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” (Q.s. Al-Baqarah: 197)
Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap azab Allah. (Siyar A’lamin Nubala, 8:175)
2. Mensyukuri kelebihan, memaklumi kekurangan
Manusia adalah tempat salah dan dosa, dan sebaik-baik manusia adalah yang bertaubat kepada Allah.
Setiap anak keturunan Adam pasti pernah berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang pernah berbuat dosa adalah yang kemudian bertaubat setelahnya.” (Hasan; H.r. At-Trmidzi, Ibnu Majah, dan Ad-Darimi)
Nah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja sudah menyebutkan bahwa setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan. Karena itu, mengapa sering kita habis-habisan menuntut agar pasangan kita tampil sempurna, bersikap sempurna? Sebagaimana diri kita pun tak sempurna, orang lain pun demikian adanya.
Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah duduk bersama, berbincang ringan, mencari jalan tengah untuk menyinergikan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
وَلاَ تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُواْ وَلِلنِّسَاء نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُواْ اللّهَ مِن فَضْلِهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيماًDan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.s. An-Nisa`: 32)
Seorang suami yang tegas bisa bersikap lebih bijak kala didampingi istri yang berhati lembut. Suami yang banyak menggunakan logika bisa bersinergi dengan seorang istri yang banyak memanfaatkan perasaan.
Dalam kehidupan nyata, ketika harus berhadapan dengan situasi yang perlu ketegasan, suamilah yang turun tangan. Meski begitu, sikap lembut istri bisa mengendalikan ketegasan suami agar jangan sampai kelewat batas.  Bersuamikan seseorang yang tegas dan berpikir logis bisa melatih istri agar tak melulu mendahulukan perasaan dan perasaan.
3. Tekan tombol “pause”!
Sedikit salah paham yang berkelanjutan bisa berkembang menjadi adu mulut. Adu mulut yang berkelanjutan bisa berkembang menjadi cekcok hebat. Dalam kondisi seperti ini, kobaran api amarah pasti sangat mudah tersulut. Tak jarang pula, kata “Aku ceraikan kamu!” terlontar saat situasi memanas ini. Selain itu, main tangan dan tindak kekerasan kepada pasangan mungkin dilakukan tanpa sadar, saat emosi sudah mendidih hingga kepala.
Yang perlu dilakukan, tekan tombol “pause” segera! Ingat baik-baik bahwa pertengkaran yang sebentar akan membawa efek berkepanjangan, “pendek akal” akan membawa penyesalan kemudian. Ambil tindakan tanpa pikir panjang tetap akan tercatat oleh Malaikat Raqib ‘Atid.
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌTiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.“ (Q.s. Qaf: 18)
4. Lelaki ingin ditaati, wanita ingin disayangi
Riak-riak dalam rumah tangga biasanya terjadi karena seseorang tidak memahami sifat dasar pasangannya serta tidak memahami hak dan kewajiban masing-masing.
Seorang lelaki ingin ditaati, tak banyak dibantah. Karena itulah, tak mengherankan jika jiwa seorang suami akan berontak ketika istrinya kebanyakan “ngeles” dan membantah perkataan suami. Adapun seorang wanita, maka dia ingin disayangi, diperlakukan lembut, dimuliakan dengan penuh kesantunan. Karena itulah, jangan bingung jika seorang wanita tersedu-sedu karena suaminya hanya sibuk beraktivitas di luar rumah dan mengabaikan sang istri, atau ketika istri ingin sesekali diberi sedikit kelonggaran dari kegiatan rumah tangga.
Allah telah mengaruniakan insting memimpin kepada lelaki. Istri sepatutnya memahami hal ini. Urun saran itu boleh, tapi ingatlah bahwa bagaimanapun dalam rumah tangga, suami adalah pemimpin. Taatilah suamimu selama itu dalam batasan-batasan Allah, tahanlah lisanmu dari komentar ringan namun menyakitkan hatinya.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُKaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka ( laki-laki)  atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka ( laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Oleh karena itu, wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah memelihara (mereka).” (Q.s. An-Nisa`: 34)
Beda lagi dengan wanita yang memang sudah dikaruniai fitrah hati yang lembut nan peka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah berpesan sejak jauh-jauh hari,
Berlemah-lembutlah kepada kaca-kaca (para wanita).”(H.r. Al-Bukhari)
Orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang bersikap paling baik terhadap istrinya.” (Shahih; H.r. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
5. Khitamuhu misk: hingga ke surga, harapku
Bahtera rumah tangga yang berlabuh di surga Firdaus adalah harapan setiap pasutri. Untuk itu semua, ada “harga” yang harus dibayar. Bukan dengan kepingan emas atau lembaran rupiah. Namun dengan kesadaran, kedewasaan, dan pastinya ketakwaan.
Tidak ada toleransi untuk tiga hal
Lima butir di atas hanya berlaku dalam permasalahan yang masih bisa ditoleransi.
Syekh Dr. Anis Thahir, pengajar di Masjid Nabawi dan merupakan seorang ulama ahli hadits, mengatakan,
“Saya wasiatkan para suami untuk sabar dengan kekurangan istrinya, kecuali dalam tiga hal:
  1. Istri memiliki akidah yang rusak (kemusyrikan);
  2. Tidak mau shalat;
  3. Berzina (istri selingkuh).
Referensi:
Shahih Al-Bukhari, Maktabah Asy-Syamilah.
Sunan At-Tirmidzi. Maktabah Asy-Syamilah.
Sunan Ibnu Majah. Maktabah Asy-Syamilah.
Sunan Ad-Darimi. Maktabah Asy-Syamilah.
http://muslim.or.id/ramadhan/tafsir-surat-al-baqarah-183-berpuasa-menggapai-takwa.html
http://konsultasisyariah.com/istri-selingkuh
Artikel: PemudaMuslim