Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

28/12/2012

KAPANKAH KIAMAT DATANG..???

Seperti kita tahu bersama beberapa waktu silam, muncul isu kiamat datang tanggal 21-12-2012. Sampai-sampai di beberapa belahan bumi, ada yang sudah mempersiapkan benteng, tempat dan peralatan lainnya sebagai perlindungan. Isu tersebut  mengatakan bahwa kiamat akan terjadi tahun sekian dan sekian. Tanggal sekian, bulan sekian, tahun sekian. Ya, ini semua tentu saja merupakan kedustaan (hoax)!
Sebab, sejak ratusan tahun yang silam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita bahwa beliau pun tidak mengetahui kapankah hari kiamat itu terjadi. Padahal beliau adalah Nabi dan Rasul!
Dalam hadits Jibril yang masyhur, beliau telah menjawab pertanyaan malaikat Jibril, “Kabarkan kepadaku kapankah hari kiamat itu?”. Beliau bersabda, “Tidaklah yang ditanya lebih mengetahui daripada yang bertanya.” (HR. Muslim dari ‘Umar bin al-Khaththabradhiyallahu’anhu)
Kaum muslimin yang dirahmati Allah. Iman kepada hari akhir adalah bagian yang sangat penting di dalam ajaran Islam. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenjadikan keimanan kepada hari akhir sebagai pilar keimanan.
Masih di dalam hadits Jibril, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang pokok-pokok keimanan. Beliau bersabda, “Yaitu kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan kamu mengimani takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim dari ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu’anhu)
Pengingkar Hari Akhir
Diantara umat manusia, terdapat segelintir orang yang tidak meyakini adanya hari kebangkitan. Bagi mereka kehidupan hanyalah perjalanan waktu. Tidak ada kehidupan kecuali kehidupan dunia saja. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Mereka berkata: Tidaklah ada kecuali kehidupan kami di dunia. Kami mati dan hidup. Dan tidak ada yang membinasakan kami kecuali waktu…” (QS. Al-Jatsiyah: 24)
Inilah keyakinan sekte Dahriyah dan kaum musyrikin arab yang sejalan dengan mereka. Mereka tidak mempercayai adanya hari kiamat. Demikian pula keyakinan sebagian kaum filsafat. Kaum Dahriyah memiliki keyakinan bahwa alam semesta ini mengalami pembaruan dan kembali sebagaimana awalnya pada setiap 36 ribu tahun. Mereka pun tidak meyakini adanya pencipta alam semesta. Oleh sebab itu, Allah membantah ucapan mereka, “…Tidaklah mereka dalam hal itu berlandaskan ilmu, tiada yang mereka ucapkan kecuali semata-mata dugaan.” (QS. Al-Jatsiyah: 24) (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [7/268-269])
Nama-Nama Hari Akhir
Allah ta’ala menyebutkan tentang hari akhir dengan banyak nama dan ungkapan. Berikut ini akan kami sebutkan sebagiannya. Diantaranya, Allah menyebut hari akhir dengan hari kiamat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang benar-benar merugi itu adalah yang membuat rugi diri dan keluarganya pada hari kiamat. Ketahuilah, itulah kerugian yang sangat nyata.” (QS. Asy-Syura: 45)
Allah juga menyebut hari akhir dengan negeri akhirat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, seandainya mereka mengetahui.” (QS. al-’Ankabut: 64)
Allah juga menyebut hari akhir dengan hari penyesalan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan berikanlah peringatan kepada mereka akan hari penyesalan, ketika itu segala urusan sudah diputuskan sedangkan mereka dahulu larut dalam kelalaian dan mereka dalam keadaan tidak beriman.” (QS. Maryam: 69)
Untuk lebih lengkap silahkan membaca di dalam kitab al-Yaum al-Akhir, al-Qiyamah al-Kubrakarya Syaikh Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqar (hal. 20-30)
Sebab Utama Keselamatan
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, hari kiamat adalah suatu hari yang sangat mengerikan. Hari yang akan memisahkan antara orang-orang yang bahagia dengan orang-orang yang celaka. Hari dimana sebagian orang jatuh ke dalam jurang neraka, dan sebagian yang lain sukses menembus pintu-pintu surga.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah tabaraka wa ta’ala berkata kepada penduduk neraka yang paling ringan siksaannya: ‘Apakah seandainya dunia dan segala isinya menjadi milikmu, apakah kamu mau menebus siksaan ini dengannya?’. Dia menjawab, ‘Iya.’ Maka Allah berkata, ‘Sungguh Aku telah menghendaki darimu sesuatu yang lebih ringan dari itu pada saat kamu berada di tulang sulbi Adam; yaitu janganlah kamu berbuat syirik dan Aku tidak akan memasukkanmu ke dalam neraka. Akan tetapi ternyata kamu enggan kecuali syirik.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu)
Dahsyatnya Siksa Neraka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari kiamat, didatangkan seorang penduduk neraka yang menjadi penduduk dunia yang paling nikmat hidupnya. Kemudian dia dicelupkan ke dalam neraka sekali celupan. Lalu dikatakan kepadanya: ‘Wahai anak Adam, apakah kamu pernah melihat kesenangan? Apakah kamu pernah merasakan kenikmatan sebelum ini?’ Maka dia menjawab, ‘Demi Allah, belum pernah wahai Rabbi.’…” (HR. Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu)
Jalan Menuju Neraka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Surga diliputi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, sedangkan neraka diliputi dengan hal-hal yang disenangi hawa nafsu.” (HR. Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu)

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel Muslim.Or.Id

23/12/2012

EKUITAS MEREK


 Bab I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
            Merek memiliki peran mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu. Merek juga melaksanakan fungsi yang berharga bagi perusahaan. Merek menyederhanakan penanganan atau penelusuran produk. Merek membantu mengatur catatan persediaan dan catatan akuntansi. Merek juga menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fitur-fitur atau aspek unik produk. Merek menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas dapat dengan mudah memilih produk kembali.
Merek menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh sebuah perusahaan dan menjadi unjung tombak untuk menaklukkan hati konsumen (pelanggan). Merek memiliki peranan penting dalam meningkatkan penjualan satu produk perusahaan. Nama, jenis dan bentuk dari suatu produk umumnya dicerminkan dari mereknya. Karena itulah merek menjadi salah satu prioritas dalam meluncurkan atau mempertahankan konsistensi satu produk.

B.    Rumusan Masalah
1.     Apa itu Ekuitas Merek?
2.     Bagaimana peranan dan fungsi ekuitas merek bagi perusahaan?
3.     Bagaimana menetapkan dan mengelola ekuitas merek?
4.     Bagaimana keuntungan dan kerugian ekuitas merek?

C.    Tujuan
Untuk menemukan solusi dari rumusan masalah di atas dan dapat dijadikan pedoman dalam merencanakan ekuitas merek dan mengelolanya agar meningkatkan penjualan yang secara otomatis meningkatkan keuntungan dan nilai perusahaan.






Bab II
Pembahasan
A.   Pengertian Merek.
        Ekuitas Merek (bahasa Inggris: brand equity) adalah seperangkat aset dan keterpercayaan merek yang terkait dengan merek tertentu, nama dan atau simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik bagi pemasar/perusahaan maupun pelanggan.
      American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing. Maka merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama.
      Merek memiliki peran mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu. Merek juga melaksanakan fungsi yang berharga bagi perusahaan. Merek menyederhanakan penanganan atau penelusuran produk. Merek membantu mengatur catatan persediaan dan catatan akuntansi. Merek juga menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fitur-fitur atau aspek unik produk. Merek menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas dapat dengan mudah memilih produk kembali.

B.  Ruang Lingkup Penetapan Merek
      Penetapan merek (branding) adalah memberikan kekuatan merek kepada produk dan jasa. Penetapan merek adalah tentang menciptakan perbedaan antarproduk. Pemasar harus mengajarkan tentang “siapa” produk itu kepada konsumen begitu pula dengan apa yang dilakukan produk dan mengapa konsumen harus memperhatikan. Penetapan merek menciptakan struktur mental yang membantu konsumen mengatur pengetahuan mereka tentang produk dan jasa dengan cara yang menjelaskan pengambilan keputusan mereka dan, dalam prosesnya, memberikan nilai bagi perusahaan.

C.  Mendefinisikan Ekuitas Merek
      Ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek berbasis-pelanggan (customer-based brand equity) adalah pengaruh diferensial yang dimiliki pengetahuan merek atas respons konsumen terhadap pemasaran merek tersebut. Prinsip dari model akuitas merek berbasis-pelanggan adalah bahwa kekuatan merek terletak pada apa yang dilihat, dibaca, didengar, dipelajari, dipikirkan, dan dirasakan pelanggan tentang merek sepanjang waktu. Ada tiga bahan kunci ekuitas merek berbasis pelanggan.
      Pertama, ekuitas merek timbul akibat perbedaan respons konsumen. Jika tidak ada perbedaan, maka pada intinya produk nama merek merupakan suatu komoditas atau versi generik dari produk.
      Kedua, perbedaan respons adalah akibat pengetahuan konsumen tentang merek. Pengetahuan merek (brand knowledge) terdiri dari semua pikiran, perasaan, citra, pengalaman, keyakinan, dan lain-lain yang berhubungan dengan merek.
      Ketiga, respons diferensial dari konsumen yang membentuk ekuitas merek tercermin dalam persepsi, preferensi, dan perilaku yang berhubungan dengan semua aspek pemasaran merek.

D.  Ekuitas Merek sebagai Jembatan
      Dari perspektif ekuitas merek, pemasar harus memikirkan semua biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk produk dan jasa setiap tahun sebagai investasi dalam pengetahuan merek konsumen. Pengetahuan merek yang tercipta oleh investasi pemasaran akan memberikan arah masa depan yang tepat bagi merek. Konsumen akan memutuskan, berdasarkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan tentang merek, ke mana (dan bagaimana) mereka pikir merek itu seharusnya dipersepsikan dan berkenaan (atau tidak) akan segala bentuk tindakan atau program pemasaran. Janji merek adalah visi pemasar tentang seperti apa mereka seharusnya dan apa yang harus dilakukan merek untuk konsumen. Nilai dan prospek masa depan merek sebenarnya terletak pada konsumen, pengetahuan mereka tentang merek, dan kemungkinan respons mereka terhadap kegiatan pemasaran sebagai hasil dari pengetahuan ini.

E. Model Ekuitas Merek
E.1.  Penilai aset merek
      Penilai aset merek (Brand Asset Valuator-BAV) memberikan ukuran komparatif ekuitas merek dari banyak merek di kategori berbeda. Ada lima komponen atau pilar, menurut BAV:
-  Diferensiasi, mengukur tingkat sejauh di mana merek dianggap berbeda dari merek lain.
-  Energi, mengukur arti momentum merek.
-  Relevansi, mengukur cakupan daya tarik merek.
-  Harga diri, mengukur seberapa baik merek dihargai dan dihormati.
-  Pengetahuan, mengukur kadar keakraban dan keintiman konsumen dengan merek.
Diferensiasi, energi dan relevansi digabungkan untuk menentukan kekuatan merek yang menggerakkan, yang menunjukkan nilai masa depan merek. Harga diri dan pengetahuan menciptakan reputasi merek. Gabungan kekuatan merek yang menggerakkan dan reputasi merek membentuk power gird, yang menggambarkan tahap-tahap dalam siklus pengembangan merek.
E.2.  BRANDZ
      Pada intinya terdapat piramid BrandDynamics, pembangunan merek mengikuti sederet langkah yang berurutan, masing-masing bergantung pada keberhasilan pencapaian langkah sebelumnya.
E.3.  MODEL AAKER
      David Aaker memandang ekuitas merek sebagai kesadaran merek, loyalitas merek, dan asosiasi merek yang bersama-sama menambah atau mengurangi nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa. Manajemen merek dimulai dengan mengembangkan identitas merek, yang mewakili konsep seperti lingkup produk, atribut produk, kualitas/nilai, kegunaan, pengguna, negara asal, atribut organisasional, kepribadian merek, dan simbol.
E.4. MODEL RESONASI MEREK
Pembangunan merek sebagai sederet langkah yang menampak naik, dari bawah ke atas:
1. Memastikan teridentifikasinya merek oleh pelanggan dan memastikan asosiasi merek dalam pikiran pelanggan dengan satu kelas produk atau kebutuhan pelanggan tertentu.
2. Memastikan tertanamnya arti merek secara total dalam pikiran pelanggan dengan mengaitkan sejumlah asosiasi merek yang nyata secara strategis.
3. Mendapatkan respons pelanggan yang tepat dalam hubungannya dengan penilaian dan perasaan terkait dengan merek.
4. Mengubah respons merek untuk menciptakan hubungan loyalitas yang intens dan aktif antara pelanggan dari merek.
      Dengan menerapkan keempat langkah ini berarti membangun sebuah piramid yang terdiri dari enam ”kotak pembangunan merek” dengan pelanggan, seperti:
- Keutamaan merek adalah seberapa sering dan seberapa mudah pelnggan memikirkan merek dalam berbagai situasi pembelian atau konsumsi.
- Kinerja merek adalah seberapa baik produk atau jasa memenuhi kebutuhan fungsional pelanggan.
- Pencitraan merek, menggambarkan sifat ekstrinsik produk atau jasa, termasuk cara di mana merek berusaha memenuhi kebutuhan psikologis atau sosial pelanggan.
-  Penilaian merek, berfokus pada pendapat dan evaluasi pribadi pelanggan sendiri.
-  Perasaan merek adalah respons dan reaksi emosional pelanggan terhadap merek.
-  Resonansi merek, mengacu pada sifat hubungan yang dimiliki pelanggan dengan merek dan sejauh mana mereka merasa ”sinkron” dengan merek.

F.  Membangun Ekuitas Merek
      Pemasar membangun ekuitas merek dengan menciptakan struktur pengetahuan merek yang tepat untuk konsumen yang tepat. Proses ini bergantung pada semua kontak yang berhubungan dengan merek-baik dilakukan oleh pemasar maupun bukan. Dari perspektif manajemen pemasaran ada tiga kumpulan utama penggerak ekuitas merek, yaitu:
1. Pilihan awal untuk elemen atau identitas merek yang membentuk merek.
2. Produk dan jasa serta semua kegiatan pemasaran dan program pemasaran pendukung yang menyertainya.
3. Asosiasi lain yang diberikan secara tidak langsung ke merek dengan menghubungkan merek tersebut dengan beberapa entitas lain.

G.  Memilih Elemen Merek
      Elemen merek adalah alat pemberi nama dagang yang mengidentifikasikan dan mendiferensiasikan merek. Pemasar harus memilih elemen merek untuk membangun ekuitas merek sebanyak mungkin. Elemen-elemen ini adalah apa yang dipikirkan atau dirasakan konsumen terhadap merek jika hanya elemen merek yang mereka ketahui. Elemen merek yang memberikan kontribusi positif pada ekuitas merek.
      Adapun enam kriteria untuk memilih elemen merek, yaitu:
1. Dapat diingat
2. Berarti
3. Dapat disukai
4. Dapat ditransfer
5. Dapat disesuaikan
6. Dapat dilindungi
Dapat diingat, berarti, dan dapat disukai adalah pembangunan merek. Dapat ditransfer, dapat disesuiaikan, dan dapat dilindungi berhubungan dengan cara mempengaruhi dan melindungi ekuitas elemen merek dalam menghadapi peluang dan keterbatasan.

H.   Merancang Kegiatan Pemasaran Holistik         
      Pelanggan mengenal merek melalui banyak sentuhan dan titik kontak; observasi dan peggunaan pribadi, berita dari mulut ke mulut, interaksi dengan personel perusahaan, pengalama online atau telepon, dan transaksi pembayaran.
      Kontak merek (brand contact) adalah semua pengalaman yang membawa informasi, baik positif maupun negatif, yang dimiliki pelanggan atau prospek dengan merek, kategori produk, atau pasar yang berhubungan dengan produk atau jasa pemasar. Pemasar holistik menekankan tiga tema baru yang penting dalam merancang program pemasaran pembangunan merek; personalisasi, integrasi, dan internalisasi.
a. PERSONALISASI
      Pemasaran personalisasi adalah tentang memastikan merek dan pemasarannya serelevan mungkin dengan sebanyak mungkin pelanggan-sebuah tantangan, mengingat tidak ada dua pelanggan yang identik.
      Untuk beradaptasi dengan keinginan pelanggan yang semakin besar akan personalisasi, pemasar menerapkan konsep seperti pemasaran pengalaman, pemasaran satu-satu, dan pemasaran izin. Dari sudut pandang penetapan merek, tujuan berbagai konsep ini adalah membuat konsumen terlibat secara lebih aktif dengan merek.
      Pemasaran izin, praktik pemasaran kepada konsumen hanya setelah mendapatkan izin cepat mereka, pemasar dapat mengembangkan hubungan konsumen yang lebih kuat dengan menghormati kehendak pelanggan dan hanya mengirimkan pesan ketika mereka menunjukkan keinginan untuk lebih terlibat dengan merek. seperti konsep personalisasi lain, mengasumsikan konsumen tahu apa yang diinginkan. Tetapi dalam banyak kasus, konsumen mempunyai preferensi yang tidak terdefinisi, ambigu, atau mengandung konflik. Pemasaran partisipasi mungkin merupakan konsep yang lebih tepat daripada pemasaran izin, karena pemasar dan konsumen harus bekerja sama untuk menemukan bagaimana perusahaan dapat memuaskan konsumennya denang sangat baik.
b.  INTEGRASI
Pemasaran integrasi adalah (integrated marketing) adalah tentang membaurkan dan menyesuaikan kegiatan pemasaran untuk memaksimalkan efek individual dan kolektif mereka. Kita dapat mengevaluasi semua kegiatan pemasaran terintegrasi berdasarkan efektiviitas dan efisiensi kegiatan tersebut dalam mempengaruhi kesadaran merek dan menciptakan, mempertahankan, atau memperkuat citra merek.
c.  INTERNALISASI
      Penetapan merek internal (internal branding) adalah kegiatan dan proses yang membantu memberi informasi dan menginspirasi karyawan. Beberapa prinsip penting untuk penetapan merek internal adalah;
1. memilih saat yang tepat.
2. menghubungkan pemasaran internal dan eksternal.
3. menghidupkan merek bagi karyawan.

I.     Mengangkat Asosiasi Sekunder
      Asosiasi merek sekunder ini dapat menghubungkan merek dengan sumber-sumber, seperti perusahaan itu sendiri (melalui strategi penetapan merek), dengan negara atau geografis lain (melalui identifikasi asal produk), dan dengan saluran distribusi (melalui strategi saluran); begitu pula dengan merek lain (melalui bahan atau pemerekan bersama), karakter (melalui lisensi), juru bicara (melalui pensponsoran), acara olahraga atau budaya (melalui kegiatan sponsor), atau beberapa sumber pihak ketiga lain. (melalui penghargaan atau ulasan).
      Sumber sekunder pengetahuan merek
o Merek lain, meliputi; aliansi, bahan, perusahaan, dan perluasan.
o Orang, meliputi; karyawan dan sponsor.
o Tempat, meliputi; Negara asal dan saluran.
o Barang, meliputi; acara, gerakan, dan pensponsoran pihak ketiga.

J.     Mengukur Ekuitas Merek
      Ada dua pendekatan dasar untuk mengukur ekuitas merek. Pendekatan tidak langsung menilai sumber ekuitas merek yang potensial dengan mengidentifikasi dan melacak struktur pengetahuan merek konsumen. Pendekatan langsung menilai dampak aktual pengetahuan merek terhadap respos konsumen pada berbagai aspek pemasaran.
      Agar ekuitas merek dapat melaksanakan fungsi strategis yang berguna dan memandu keputusan pemasaran, pemasar harus benar-benar memahami (1) sumber ekuitas merek dan bagaimana sumber itu mempengaruhi hasil yang diharapkan, dan (2) bagaimana bila sumber-sumber dan hasil ini berubah seiring berjalannya waktu. Audit merek penting bagi poin pertama dan penelusuran merek penting bagi poin kedua.
      Audit merek (brand audit) adalah prosedur yang berfokus pada konsumen untuk menilai kesehatan merek, mengungkap sumber ekuitas mereknya, dan menyarankan cara untuk meningkatkan dan mengangkat ekuitasnya.
      Studi penelusuran merek (brand-tracking studies) mengumpulkan data kuantitatif dari konsumen secara rutin sepanjang waktu untuk memberikan informasi dasar yang konsisten tentang bagaimana kinerja merek dan program pemasaran mereka pada aspek-aspek kunci.

K. Penilaian Merek
      Penilaian merek (brand valuation) adalah pekerjaan memperkirakan nilai keuangan total dari merek.
      Ada lima langkah yang harus ditempuh dalam menentukan nilai merek, yaitu :
1. Segmentasi Pasar
Dalam langkah ini, perusahaan membagi pasar ke dalam beberapa segmen dimana merek dijual ke segmen pelanggan yang semuanya terpisah dengan maksud untuk membantu menentukan varian nilai ekonomis merek.
2. Analisis Keuangan
Proses menganalisis keuangan dimulai dengan menilai harga, volume dan frekuensi pembelian, melakukan tinjauan ekuitas merek, industri dan tren pelanggan serta kinerja keuangan historis di setiap segmen. Kegiatan tersebut dilakukan untuk membantu menetapkan perkiraan penjualan dan pendapatan merek yang akurat di masa depan. Pendapatan merek yang telah ditetapkan dikurangkan dengan biaya operasi untuk menghasilkan laba sebelum pajak (EBIT). Kemudian EBIT yang diperoleh dikurangkan dengan pajak dan biaya modal untuk mendapatkan nilai laba yang tidak berwujud.
3. Peran Penetapan Merek
Setelah mendapatkan laba tidak berwujud, perusahaan mengidentifikasi berbagai pendorong permintaan, lalu menentukan tingkat pengaruh merek terhadap segmen secara langsung. Penilaian peran penetapan merek didasarkan pada riset pasar, lokakarya klien, serta wawancara dan mempresentasikan persentase laba tidak berwujud. Dengan mengalikan Peran Penetapan Merek dan Laba Tidak Berwujud akan menghasilkan Laba Merek.
4. Kekuatan Merek
Langkah selanjutnya yaitu menilai kekuatan merek untuk menentukan kemungkinan merek dapat mewujudkan laba yang diramalkan. Laba merek yang diramalkan yang telah diaplikasikan oleh tingkat diskonto merek akan menghasilkan nilai merek yang merupakan nilai sekarang bersih dari laba merek.
5. Perhitungan Nilai Merek
Perhitungan nilai merek mencakup periode yang diramalkan dan periode setelahnya yang mencerminkan kemampuan merek untuk terus menghasilakn laba masa depan.

L.   Mengelola Ekuitas Merek
      Merek merupakan aset tidak berwujud yang dimiliki perusahaan yang sifatnya tetap, maka perlu dikelola agar nilainya tidak menyusut. Pengelolaan merek yang efektif dipengaruhi oleh tindakan pemasaran jangka pendek dan jangka panjang salah satunya dengan meningkatkan produk, pelayanan dan pemasaran.untuk mengubah pengetahuan konsumen terhadap merek karena respons pelanggan terhadap aktivitas pemasaran tergantung pada apa yang mereka ketahui tentang merek.
      Ada dua cara dalam mengelola ekuitas merek, yaitu :
 Penguatan Merek
      Ekuitas merek diperkuat dengan tindakan pemasaran yang konsisten dengan menyampaikan arti suatu merek dalam hal : (1) produk apa yang dipresentasikan oleh merek, apa manfaat yang diberikan dan kebutuhan apa yang dipenuhi, (2) bagaimana merek membuat produk menjadi unggul, disukai dan unik harus berada pada pikiran konsumen.
      Konsistensi disini bukan berarti tidak ada perubahan, artinya jika kondisi memungkinkan maka perlu diadakan perubahan untuk mempertahankan kekuatan suatu merek. Dengan kata lain, sebuah tindakan inovasi juga diperlukan untuk memperkuat merek dengan syarat perubahan tersebut tidak menyimpang dari positioning yang telah berhasil.
· Revitalisasi Merek
      Revitalisasi merek merupakan penguatan kembali posisi merek yang telah mengalami masa-masa sulit dalam lingkungan pasar. Tindakan revitalisasi disebabkan adanya perubahan selera dan preferensi konsumen, munculnya pesaing dan baru serta semua perkembangan yang terjadi yang mempengaruhi peruntungan merek dalam lingkungan pasar.
      Langkah pertama yang dilakukan dalam merevitalisasi merek adalah memahami sumber-sumber apa dari ekuitas merek yang bisa dipakai. Lalu memutuskan apakah perusahaan akan mempertahankan positioning yang sama atau menciptakan positioning baru.

M.   Merencanakan Strategi Penetapan Merek
      Strategi penetapan merek mencerminkan jumlah dan jenis elemen yang diterapkan pada produk yang dijualnya. Strategi penetapan merek muncul ketika perusahaan menentukan pilihan untuk membuat produk baru. Dalam memperkenalkan produk barunya, perusahaan memiliki tiga pilihan utama :
1. Mengembangkan elemen merek baru untuk produk baru
2. Menerapkan beberapa elemennya yang sudah ada
3. Mneggunakan kombinasi elemen merek baru dan yang telah ada
      Ketika perusahaan menggunakan merek yang sudah mapan untuk memperkenalkan sebuah produk baru, produk itu disebut perluasan merek. Ketika pemasar menggabungkan merek baru dengan merek yang telah ada, perluasan merek dapat disebut submerek. Merek yang sudah ada yang melahirkan perluasan merek atau submerek adalah merek induk. Jika merek induk sudah digunakan dengan berbagai produk melalui perluasan merek, merek induk itu disebut merek keluarga.
      Perluasan merek dibagi menjadi dua kategori, yaitu : (1) perluasan lini, dimana merek induk mencakup produk baru di dalam kategori produk yang dilayaninya saat ini, (2) perluasan kategori, dimana merek induk digunakan untuk memasuki produk berbeda dari kategori produk yang dilayaninya saat ini.
      Langkah yang dilakukan dalam merencanakan strategi penetapan merek, antara lain :
· Keputusan Penetapan Merek
      Penetapan merek adalah kekuatan yang begitu besar sehingga hampir tidak ada barang yang tidak diberi merek. Jika perusahaan memutuskan untuk memberi merek pada produknya, maka perusahaan harus memilih nama merek yang akan digunakan. Ada empat strategi yang digunakan, antara lain :
a) Nama individual, yaitu menggunakan nama yang terpisah dan tidak dikaitkan dengan perusahaan untuk setiap produk yang dihasilkannya. Keuntungan dari strategi ini yaitu jika produk gagal atau mempunyai kualitas rendah maka tidak akan terkait dengan reputasi perusahaan.
b) Nama keluarga selimut, yaitu menggunakan nama bagian yang berkaitan dengan perusahaan untuk merek produknya. Keuntungan dari strategi ini adalah biaya yang dikeluarkan sedikit karena tidak perlu melakukan riset nama ataupun pelaksanaan iklan untuk memperkenalkan nama mereknya.
c) Nama keluarga terpisah untuk semua produk, yaitu perusahaan menggunakan nama yang telah ditetapkan untuk setiap kelompok produknya.
d) Nama korporat digabungkan dengan nama produk individual, yaitu perusahaan menggabungkan nama korporat dengan nama individual untuk merek produknya.

N.   PERLUASAN MEREK
      Dengan mengakui bahwa salah satu asset paling bernilia adalah merek, banyak perusahaan memutuskan untuk mengungkit aset dengan memperkenalkan sejumlah produk baru dalam beberapa nama merek mereka yang paling kuat. Kebanyakan produk baru sesungguhnya adalah perluasan lini- umumnya 80% sampai 90%.

O.  KEUNTUNGAN PERLUASAN MEREK
Dua keuntungan utama dari perluasan merek adalah mereka dapat memfasilitasi penerimaan produk baru dan memberikan umpan balik positif terhadap merek dan perusahaan induk.
      ● Keberhasilan Produk Baru
Perluasan merek meningkatkan rintangan keberhasilan produk baru dalam sejumlah hal. Dengan perluasan merek, konsumen bisa menarik kesimpulan dan menciptakan harapan seperti pada komposisi dan kinerja dari produk baru yang didasarkan pada apa yang sudah mereka ketahui tengtang merek induk itu sendiri dan sejauh mana mereka merasa informasi ini relevan dengan produk baru.
Dengan menetapkan harapan-harapan yang positif, perluasan merek mengurangi resiko. Karena kemungkinan permintaan konsumen meningkat sebagai akibat dari memperkenalkan produk barusebagai suatu perluasan, maka mungkin saja lebih mudah meyakinkan pengecer untuk menyimpan dan mempromosikan sebuah perluasan merek.
Dengan demikian, perluasan dapat mengakibatkan berkurangnya biaya kampanye peluncuran perkenalan produk baru.
      ● Efek Umpan Balik Positif
Selain memudahkan penerimaan produk baru, perluasan merek juga dapat memberikan manfaat umpan balik. Mereka dapat membantu mengklarifikasikan arti dari sebuah merek dan nilai merek intinya. Perluasan lini dapat memperbarui minat dan kesukaan akan merek, serta menguntungkan merek induk dengan memperluas liputan pasar.

P.    KERUGIAN PERLUASAN MEREK
Pada sisi lainnya, perluasan lini bisa menyebabkan nama merek tidak menjadi sangat teridentifikasi pada produk apa pun. Ries dan Trout menyebut ini ”perangkap perluasan lini”. Pencairan merek terjadi ketika konsumen tidak lagi mengasosiasikan merek dengan produk yang spesifik atau produk yang sangat serupa, dan mulai tidak terlalu banyak berpikir tentang merek.
Jika sebuah perusahaan meluncurkan perluasan yang dianggap tidak tepat oleh konsumen, mereka bisa mempertanyakan integritas dan persaingan merek. Berbagai perluasan lini bisa membingungkan dan mungkin bahkan mengecewakan konsumen.
Skenario yang mungkin paling jelek menyangkut perluasan merek bukan hanya kegagalan, melainkan juga merek itu bisa menghancurkan citra merek induk dalam proses. Untungnya peristiwa itu jarang terjadi. Kadar kerusakan yang ditimbulkan oleh ”kegagalan pemasaran” lantaran konsumen tidak cukup tertarik pada sebuah merek, umumnya jauh lebih kecil dibanding kadar kerusakan yang ditimbulkan oleh kegagalan produk lantaran merek secara fundamental gagal memenuhi janjinya.

Q.   KARAKTERISTIK KEBERHASILAN
Perluasan produk baru yang potensial untuk sebuah merek harus dinilai oleh seberapa efektifnya produk mengangkat ekuitas merek yang sudah ada dari merek induk sampai ke produk baru dan juga seberapa efektifnya perluasan menyumbang pada ekuitas merek induk. Pertimbangan paling penting pada perluasan adalah adanya ”kecocokan” dalam pikiran konsumen.
Satu kesalahan umum dalam mengevaluasi peluang perluasan adalah gagal memperhitungkan semua struktur pengetahuan merek konsumen. Sering para pemasar keliru berfokus pada satu atau beberapa asosiasi merek seperti basis potensial kecocokan dan mengabaikan yang lain atau mungkin lebih penting adalah asosiasi dalam proses.

R.   PORTOFOLIO MEREK
Multi merek sering perlu mengejar segmen multi pasar. Merek apapun tidak terlihat sama menyenangkan oleh semua segmen pasar yang berbeda yang ingin ditargetkan perusahaan. Beberapa alasan lain untuk memperkenalkan multi merek dalam sebuah kategori adalah :
  1. memperbanyak ketersediaan rak dan ketergantungan pengecer dalam toko
  2. menarik konsumen yang mencari varietas yang mungkin sebaliknya beralih ke merek lain.
  3. meningkatkan persaingan internal dalam perusahaan; dan
  4. menghasilkan skala ekonomi dalam penjualan iklan, perdagangan, dan distribusi fisik.
Portofolio merek adalah perangkat merek dan lini merek yang ditawarkan oleh perusahaan khusus untuk penjualan kepada pembeli dalam satu kategori khusus. Merek-merek berbeda bisa dirancang dan dipasarkan untuk menarik berbagai segmen pasar.
Sebuah portofolio merek harus dinilai dari kemampuannya untuk memaksimalkan ekuitas merek. Portofolio merek yang optimal terjadi ketika setiap merek memaksimalkan ekuitas dalam kombinasi dengan semua merek lain dalam portofolio. Dalam merancang portofolio merek yagn optimal, pemasar umumnya perlu mempertukarkan liputan pasardan pertimbangan lain dengan biaya dan kemampuan menghasilkan laba. Jika laba dapat ditingkatkan dengan membuang merek, sebuah portofolio terlalu besar. Jika laba dapat ditingkatkan dengan menambah merek, sebuak merek tidak cukup besar. Pada umumnya, prinsip dasar dalam merancang portofolio merek adalah memaksimalkan liputan pasar, sehingga tidak ada pelanggan potensial yang diabaikan. Namun, untuk meminimalkan tumpang tindih merek, maka merek tidak bersaing untuk mendapatkan pengakuan pelanggan. Setiap merek harus dibedakan secara jelas dan menarik satu segmen pasar yang cukup besar untuk menilai biaya produksi dan pemasarannya.
Peran khusus merek sebagai bagian dari portofolio:
● Penyerang Merek penyerang atau fighter diposisikan pada merek pesaing, sehingga merek utama yang lebih penting (dan lebih mampu menghasilkan laba) dapat mempertahankan penentuan posisi yang mereka inginkan. Dalam merncang merek-merek penyerang ini, pemasar harus menggunakan satu lini yang bagus. Merek penyerang tidak boleh begitu menarik sehingga mengalihkan penjualan merek-merek atau rujukan sebanding mereka yang berharga lebih tinggi.
● Cash Cow (Sapi Perah) Beberapa merek mungkin dipertahankan keberadaanya meskipun penjualan mengecil karena merek-merek tersebut masih mampu mempertahankan cukup banyak pelanggan dan profitabilitas mereka yang hampir tanpa dukungan pemasaran. Merek ”sapi perah” dapat secara efektif ”diperah” dengan mendapatkan keuntungan dan penampungan mereka atas ekuitas merek yang ada.
● Tingkat Pemasukan Yang Murah Peran merek yang berharga relatif murah dalam portofolio merek sering bisa menarik pelanggan kepada waralaba merek. Para pengecer suka menonjolkan ”para pembangun lalu lintas ini,” karena mereka ”mengangkat pelanggan” memperdagangkan merek yang berharga lebih tinggi.
● Gengsi Tingkat Tinggi Sering kali peran dari merek yang berharga realtif tinggi dalam keluarga merek adalah menambah gengsi dan kredibilitas kepada keseluruhan portofolio
























Bab III
Penutup
A.    Contoh Riil Ekuitas Merek
Coca-Cola
Coca-Cola hadir di Indonesia ini sekitar tahun 1927, ketika De Nederland lndische Mineral Water Fabrieck (Pabrik Air Mineral Hindia Belanda) membotolkan untuk pertama kalinya . di Batavia (Jakarta). Produksi Coca-Cola lumpuh pada jaman penjajahan Jepang (1942-1945) tetapi tepat pada sesudah kemerdekaan Republik Indonesia, pabrik tesebut beroperasi di bawah nama The Indonesia Bottles Ltd NV (IBL) dengan status perusahaan nasional.
Pada tahun 1971 dengan pertambahan mitra usaha dan modal, didirikannya pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia dengan nama baru PT. Djaya Beverages Bottling Company. Tercatat sampai saat ini sebelas pabrik Coca-Colayang beroperasi di berbagai propinsi di Indonesia, berturut-turut berdasarkan tahun pendiriannya adalah Jakarta (1971), Medan (1973), Surabaya (1976), Semarang (1976), UjungPandang (1981), Bandung (1983), Padang (1985), Bali (1985), Manado (1985), Banjarmasin (1991), dan Lampung (1995) (Http://www.Coca-ColaBottling.Co.Id/Ina).

Sejarah berdirinya PT. Coca-Cola Distribution Indonesia West Java
Pada tanggal 7 Agustus 1979 berdiri PT. Tirta Mukti lndah Bottling Company dengan status Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) yang mendapat kepercayaan dari PT. Coca-Cola Indonesia untuk memproduksi dan memasarkan minuman Coca-Cola, Sprite, Fanta untuk wilayah Jawa Barat. Pembangunan fisik pabrik PT. Tirta Mukti Indah Bottling Company mulai dilaksanakan tanggal 2 Februari 1982 dengan lokasi Ji. Raya Bandung-Garut Km. 26 Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Dengan usaha yang memakan waktu, tenaga, pikiran, dan uang, maka selesailah pembangunan pabrik yang diresmikan pada tanggal 15 Oktober 1983. Pada tanggal 8 November 1991 PT. Tirta Mukti lndah Bottling Company resmi berubah menjadi PT. Coca-Cola Tirtalina Bottling Company dengan status Perusahaan Modal Asing (PMA). Perubahan status ini disebabkan sebagian saham dari PT. Tirta Mukti lndah Bottling Company dibeli oleh pihak asing dalam hal ini Allied Manufacturing and Trading Industries Limited atau biasa disingkat Amatil.
Pemasaran dan penjualan produk PT. Tirta Mukti lndah Bottling Company diserahkan kepada PT. Ranca Agung Luhur sebagai distributor tunggal sejak tanggal 22 September 1983 yang kemudian berganti nama menjadi PT. Coca-Cola Banyu Argo Unit Jawa Barat pada tanggal 8 November 1991 bersamaan dengan pergantian nama PT. Tirta Mukti lndah Bottling Company menjadi PT. Coca-Cola Tirtalina Bottling Company. Baik PT. Coca-Cola Banyu Argo maupun PT. CocaCola Tirtalina Bottling Company pada tahun 1995 berafiliasi dengan CocaCola Amatil, satu grup perusahaan Coca-Cola di kawasan Asia Pasifik dan Eropa Timur yang bermarkas di Sydney Australia. Dan padatanggal 1 Januari 2000, terjadi merger perusahaan Coca-Cola di seluruh Indonesia dengan pergantian nama menjadi PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Botiling untuk perusahaan pembotolan dan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia untuk perusahaan distributornya.
Kemudian, pada tanggal 1 Juli 2002, PT. Coca-Cola Amatil Indonesia Botliing berubah nama menjadi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia dan PT. Coca-Cola Amatil Indonesia berubah nama menjadi PT. Coca-Cola Distribution Indonesia. Sedangkan untuk hal-hal yang bersifat penggabungan antara perusahaan pembotolan dan perusahaan distributor nama perusahaan yang dipergunakan adalah PT. Coca-Cola Bottling Indonesia. Perubahan nama ini diharapkan dapat membuat masyarakat Indonesia merasa lebih akrab dengan Coca-Cola.
B.    Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat kita menarik beberapa kesimpulan, antara lain:
1.     Menemukan racikan dalam menentukan ekuitas merek
2.     Ekuitas merek menjadi prioritas bagi perusahaan dalam meluncurkan satu produk untuk meningkatkan volume penjualan.