Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

23/06/2012

Makalah


Makalah
Peranan Manajemen Bagi Staff “
O
L
E
H

Saahabudin Rasyid
(A1B 011 142)
Fakultas Ekonomi
Universitas Mataram
2012


Kata Pengantar
Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alloh Subhanahu wata’ala yang telah memberikan kita begitu banyak nikmatnya sehingga kita masih bisa tetap beraktivitas, terutama bagi penyusun bisa menyelesaikan penyusunan  makalah ini. Dan yang kedua kalinya Shalawat serta salam semoga tetap tecurahkan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad Shallallohu alaihi wasallam yang dengan risalah yang di bawanya sehigga bisa mengubah kehidupan ummat manusia dari alam jahiliyah menuju alam Yang islamiah.
Makalah yang berjudul “ Mampaat Manajemen Bagi staff  ” ini kami susun untuk menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing mata kuliah pengantar manajemen. Namun itu bukanlah yang terpenting, yang terpenting adalah mampaat makalah ini bagi segenap pembaca, semoga dengan makalah yang sederhana ini bisa memberi mampaat bagi para pembaca dari bebagai latar belakang yang ingin mengetahui mampaat manajemen bagi tenaga kerja (SDM) khususnya staff.
Ahirnya kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kami bisa lebih baik lagi dalam menyusun makalah-makalah yang akan dating. Ahirnya kami ucapkan wabillahitaufik wal hidayah.
Wassalamualaikum warohmatulloh


Penyusun





Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pengertian Manajemen
Organisasi Staf
Peranan manjemen bagi staf
















A.   Pengertian manajemen
Manajemento manage – control – mengendalikan, menangani, atau mengelola (Indonesia), mengurus (Malaysia).  Manajemen (management) – kata benda, arti:
1.   Pengelolaan, pengendalian, penanganan (managing),
2.   Perlakuan secara terampil (skillfull treatment)
Secara umum manjemen adalah suatau proses yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian untuk mencapai target tertentu, melalui pemampaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
Selanjutnya yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah tentang SDM nya yaitu khususnya peranan manjemen bagi staf.

B.    Organisasi staf (staff organisazition)
Sebelum beranjak pada pembahasan menegnai peranan manjemen bagi staf terlebih dahuku kita akan bahas mengenai organisasi staf, agar kita bisa menyimpulkan apa saja peranan manajemen bagi staf.
           Organisasi staf adalah suatu organisasi yang mempunyai hubungan dengan pucuk pimpinan dan mempunyai fungsi memberikan bantuan, baik berupa pemikiran maupun bantuan yang lain demi kelancaran tugas pimpinan dalam mencapai tujuan secara keseluruhan (tidak mempunyai garis komando ke bawah/ke daerah-daerah)
Berikut Contoh bagannya :








 





            Dari bagan di atas kita bisa lihat posisi staf tepat di bawah pimpinan sehingga para staf bisa langsung berhubungan dengan pimpinan perusahaan (manajer).  Jadi, kita bisa simpulkan
C.     Peranan manjemen bagi staf antara lain
1.     Staf mempunyai wewenang fungsional, memberikan bantuan saran atau petunjuk, baik berupa pemikiran, tenaga kerja, keuangan, material maupun fasilitas-fasilitas, sarana dan prasarana yang sanggup serta mampu mendukung pelaksanaan tugas pokok organisasi (kepala/pimpinan mempunyai wewenang komando).
2.     Dengan adanya manajemen para staf akan berusaha maksimal untuk mencapai tujaun perusahaan, sekali lagi dengan adanya sfesifikasi pekerjaan antar staf, sehingga setiap staf hanya fokus pada tugas yang telah di bebankan
 kepadanya.
3.     Terdapat spesialisai tugas sehingga para staf adalah orang-orang yang professional di bidangnya, dengan ini diharapkan tujuan dan target perusahaan dapat tercapai dengan maksimal.
4.     Para staf mendapat perintah dari beberapa pejabat yang masing-masing menguasai suatu bidang keahlian tertentu dan bertanggung jawab sepenuhnya atas bidangnya.
5.     Tugas serta wewnang para staf sudah di tentukan sehingga atau di organisir oleh manjemen puncak sehingga mereka akan tau apa saja yang menjadi tugas mereka sehingga tugas mereka tidak ngambang.
6.     Dengan adanya manjemen, jika ada masalah yang mereka alami di dalam menjalankan tugas, mereka bisa langsung mengadukannnya kepada manjajer secara langsung, sehingga masalah mereka bisa langsung di tangani oleh manjer yang bertindak sebagai atasan mereka.
7.     Karena sutau perusahaan memiliki tujuan tertentu, sehingga mereka membutuhkan orang-orang yang sesuai dengan bidangnya dan mengharapkan usaha yang maksimal dari para pekerjanya termasuk para staf, untuk itu perusahaan akan berusaha mamenuhi kebutuhan para karyawan termasuk staf sperti kebutuhan psikologis maupun biologis mereka di antaranya dengan meberikan motivasi, memberikan waktu libur untuk berkumpul dengan keluarga,dan sebagainya. Agar para karyawan atu staf bisa tetap bekerja maksimal untuk mencapai tujuan prusahaan, jadi para pekerja tidak perlu khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhannya.
8.     Bagi staf yang dalam tugasnya bisa terlaksana dengan baik agan di berikan reward atau penghargaan baik brupa materi maupun non materi seprti pemberian hadiah berupa uang, uang tunjangan ataupun berupa kenaikan pangkat, dan sebagainya.





















Daftar Pustaka
Jurnal- sdm.blogspot.com
Bayu permana.blog.perbanas.ac.id

                                   









14/06/2012

Ukhti Muslimah..!! Jilbab Lebih Menjaga Dirimu


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Jilbab, apa sih manfaatnya? Banyak wanita yang menanya-nanyakan hal ini karena ia belum mendapat hidayah untuk mengenakannya. Berikut ada sebuah ayat dalam Kitabullah yang disebut dengan “Ayat Hijab”. Ayat ini sangat bagus sekali untuk direnungkan. Moga kita bisa mendapatkan pelajaran dari ayat tersebut dari para ulama tafsir. Semoga dengan ini Allah membuka hati para wanita yang memang belum mengenakannya dengan sempurna.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Apa Itu Jilbab?
Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa jilbab adalah pakaian atas (rida’)[1] yang menutupi khimar. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud, ‘Ubaidah, Al Hasan Al Bashri, Sa’id bin Jubair, Ibrahim An Nakho’i, dan ‘Atho’ Al Khurosaani. Untuk saat ini, jilbab itu semisal izar (pakaian bawah). Al Jauhari berkata bahwa jilbab adalah “mulhafah” (kain penutup).[2]
Asy Syaukani rahimahullah berkata bahwa jilbab adalah pakaian yang ukurannya lebih besar dari khimar.[3] Ada ulama yang katakan bahwa jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh badan wanita. Dalam hadits shahih dari ‘Ummu ‘Athiyah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
Hendaklah saudaranya mengenakan jilbab untuknya.[4] Al Wahidi mengatakan bahwa pakar tafsir mengatakan, “Yaitu hendaklah ia menutupi wajah dan kepalanya kecuali satu mata saja.”[5]
Ibnul Jauzi rahimahullah dalam Zaadul Masiir memberi keterangan mengenai jilbab. Beliau nukil perkataan Ibnu Qutaibah, di mana ia memberikan penjelasan, “Hendaklah wanita itu mengenakan rida’nya (pakaian atasnya).” Ulama lainnya berkata, “Hendaklah para wanita menutup kepala dan wajah mereka, supaya orang-orang tahu bahwa ia adalah wanita merdeka (bukan budak).”[6]
Syaikh As Sa’di rahimahullah menerangkan bahwa jilbab adalah mulhafah (kain penutup atas), khimar, rida’ (kain penutup badan atas) atau selainnya yang dikenakan di atas pakaian. Hendaklah jilbab tersebut menutupi diri wanita itu, menutupi wajah dan dadanya.[7]
Kesimpulan mengenai maksud jilbab dan khimar, silakan lihat gambar www.muslimah.or.id [8] berikut ini.


Mengenakan Jilbab, Ciri-Ciri Wanita Merdeka
Dalam ayat yang kita kaji saat ini, Allah Ta’ala memerintahkan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memerintahkan para wanita mukminat—khususnya para istri dan anak perempuan Nabi karena kemuliaan mereka—yaitu supaya mereka mengulurkan jilbabnya. Tujuannya adalah untuk membedakan antara para wanita jahiliyah dan para budak wanita.[9]
As Sudi rahimahullah mengatakan, “Dahulu orang-orang fasik di Madinah biasa keluar di waktu malam ketika malam begitu gelap di jalan-jalan Madinah. Mereka ingin menghadang para wanita. Dahulu orang-orang miskin dari penduduk Madinah mengalami kesusahan. Jika malam tiba para wanita (yang susah tadi) keluar ke jalan-jalan untuk memenuhi hajat mereka. Para orang fasik sangat ingin menggoda para wanita tadi. Ketika mereka melihat para wanita yang mengenakan jilbab, mereka katakan, “Ini adalah wanita merdeka. Jangan sampai menggagunya.” Namun ketika mereka melihat para wanita yang tidak berjilbab, mereka katakan, “Ini adalah budak wanita. Mari kita menghadangnya.”
Mujahid rahimahullah berkata, “Hendaklah para wanita mengenakan jilbab supaya diketahui manakah yang termasuk wanita merdeka. Jika ada wanita yang berjilbab, orang-orang yang fasik ketika bertemu dengannya tidak akan menyakitinya.”[10]
Penjelasan para ulama di atas menerangkan firman Allah mengenai manfaat jilbab,
ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal.” (QS. Al Ahzab: 59)
Asy Syaukani rahimahullah menerangkan, “Ayat (yang artinya), ” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal”, bukanlah yang dimaksud supaya salah satu di antara mereka dikenal, yaitu siapa wanita itu. Namun yang dimaksudkan adalah supaya mereka dikenal, manakah yang sudah merdeka, manakah yang masih budak. Karena jika mereka mengenakan jilbab, itu berarti mereka mengenakan pakaian orang merdeka.”[11]
Inilah yang membedakan manakah budak dan wanita merdeka dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa wanita yang tidak berjilbab berarti masih menginginkan status dirinya sebagai budak. Hanya Allah yang beri taufik.
Mengenakan Jilbab Lebih Menjaga Diri
Mengenai ayat,
ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.” (QS. Al Ahzab: 59)
Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, “Ayat di atas menunjukkan, orang yang tidak mengenakan jilbab akan lebih mudah digoda. Karena jika seorang wanita tidak berjilbab, maka orang-orang akan mengira bahwa ia bukanlah wanita ‘afifaat (wanita yang benar-benar menjaga diri atau kehormatannya). Akhirnya orang yang punya penyakit dalam hatinya muncul hal yang bukan-bukan, lantas mereka pun menyakitinya dan menganggapnya rendah seperti anggapan mereka itu budak. Akhirnya orang-orang yang ingin berlaku jelek merendahkannya.”[12]
Allah Maha Pengampun
Di akhir ayat, Allah Ta’ala katakan,
وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59). Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah Maha Pengampun dan Penyayang terhadap apa yang telah lalu di masa-masa jahiliyah, di mana ketika itu mereka (para wanita) tidak memiliki ilmu akan hal ini.”[13]
Artinya, bagi wanita yang belum mengenakan jilbab, Allah masih membuka pintu taubat selama nyawa masih dikandung badan, selama malaikat maut belum datang di hadapannya.
Jangan Lupa untuk Dakwahi Keluarga
Dakwahi keluarga untuk berjilbab dan menutup aurat, itu yang seharusnya jadi skala prioritas. Lihatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja diperintahkan untuk memulainya dari istri dan anak-anak perempuannya sebelum wanita mukminat lainnya sebagaimana perintah di awal ayat.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin
Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tahrim: 6)
Ya Allah, bukakanlah hati keluarga dan kerabat kami yang belum berjilbab untuk segera berjilbab dengan sempurna.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Riyadh, KSU, on 29th Dzulhijjah 1431 H (04/12/2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
[1] Rida’ dan Izar adalah pakaian seperti ketika berihrom. Rida’ untuk bagian atas, ihrom untuk bagian bawahnya.
[2] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Qurthubah, 11/242.
[3] Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir, 6/79.
[4] HR. Muslim no. 890.
[5] Fathul Qodir, 6/79.
[6] Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, Mawqi’ At Tafasir, 5/150.
[7] Taisir Al Karimir Rahman, ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Muassasah Ar Risalah, hal. 671.
[8] Dicopy dari http://muslimah.or.id/nasihat-untuk-muslimah/jilbabku-penutup-auratku.html
[9] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/242.
[10] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/243.
[11] Fathul Qodir, 6/79.
[12] Taisir Al Karimir Rahman, hal. 671.
[13] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/243



19/05/2012

Berlebihan dalam Berdo'a


Oleh:
Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumai

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” [Al-A’raaf : 55]

Syaikh As-Sa’di berkata bahwa maksud firman Allah : Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” adalah melampaui batas dalam segala hal. Dan termasuk melampaui batas adalah meminta sesuatu yang tidak pantas, berhenti berdo’a atau mengeraskan suara dalam berdo’a. [Tafsir As-Sa’di 3/40]

Dari Abu Nu’amah bahwasanya Abdullah bin Mughaffal Radhiyallahu ‘anhu mendengar anaknya membaca doa : “Ya Allah berilah kami istana putih di sisi kanan Surga”. Maka dia berkata kepada anaknya : “Wahai anakku mintalah kepada Allah Surga dan berlindunglah kepadaNya dari api Neraka, sebab saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Akan muncul dari umatku sekelompok kaum yang berlebihan dalam berdoa dan bersuci” [1]

Imam Manawi berkata bahwa yang dimaksud berlebihan dalam berdoa adalah melampaui batas dalam mengajukan permohonan yaitu dengan cara meminta sesuatu yang tidak boleh atau mengeraskan suara pada waktu berdoa atau memaksakan lafazh bersajak dalam berdoa. Imam Turbusyti berkata bahwa yang dimaksud berlebihan dalam berdoa bisa memiliki banyak pengertian yang intinya tidak sungguh-sungguh dalam berdoa atau berlebihan dalam meminta baik untuk kebutuhan pribadinya atau kebutuhan orang lain.

Abdullah bin Mughaffal Radhiyallahu ‘anhu melarang anaknya berdoa seperti itu karena permintaan tersebut tidak sesuai dan tidak mungkin bisa diraih oleh amal perbuatannya, sebab permohonan tersebut hanya pantas untuk derajat para nabi dan wali. Sehingga permintaan seperti itu termasuk berlebihan dalam berdoa, serta tidak pantas karena menganggap sempurna terhadap diri sendiri. [Faidhul Qadir 4/130]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata bahwa berdoa memohon sesuatu yang menjadi keistimewaan para nabi padahal dia bukan seorang nabi atau memohon sesuatu yang menjadi keistimewaan Allah termasuk berlebihan dalam berdo’a, seperti memohon agar dia menjadi perantara untuk permohonan hamba kepada Allah atau memohon agar dia diberi kemampuan untuk bisa mengetahui segala sesuatu atau berkuasa atas segala sesuatu atau memohon agar diperlihatkan ilmu ghaib atau berdoa dengan berkeyakinan bahwa Allah membutuhkan doanya atau semua hamba Allah akan mendapat marabahaya bila dia tidak berdoa atau semisalnya. Semua itu akibat dari kebodohan terhadap hak Allah dan berlebihan dalam berdoa.[Majmu Fatawa 10/713-714]

Termasuk berlebihan dalam berdoa seperti yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr Radhiyallahu ‘anhu bahwa ada seseorang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : “Ya Allah ampunilah aku dan Muhammad dan janganlah Engkau memberi rahmatMu kepad selain kami, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya : Siapa yang mengucapkan doa tersebut ? Orang tersebut berkata : “Saya!”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Artinya : Kamu telah menghalangi kebaikan untuk orang banyak” [Musnad Imam Ahmad 2/170-171. Majma Az-Zawaid 10/150]

Imam Al-Albani berkata bahwa makna hadits tersebut adalah menghalangi rahmat Allah untuk para makhlukNya dan demikian itu tidak mungkin karena Allah berfirman :

“Artinya : Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu” [Al-A’raaf : 156]

Do’a di atas diucapkan oleh seseorang baduwi karena kejahilan dan baru mengenal Islam. Seharusnya seseorang berdoa untuk dirinya dan teman-temannya agar pahalanya bertambah. [Fathur Rabbani 14/272]


[Disalin dari buku Jahalatun Nas Fid Du’a edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdo’a hal. 52-55 Darul Haq]
_________
Foote Note
[1]. Musnad Ahmad 4/87. Sunan Abu Daud, kitab Thaharah bab Israf Fil Ma’ 1/24. Ibnu Majah, kitab Do’a 3/349, Hakim, Al-Mustadrak 1/162. Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Sunan Ibnu Majah 2/331