Tawakkal (bag.2)
Kunci kemudahan dalam segala urusan
Macam-macam Tawakkaal
1.
Tawakkal kepada
Alloh Subhanahuwata’ala
Ini termasuk kesempurnaan iman dan tanda kebenaran
keimanan seseorang, dan tawakkal kepada Alloh adalah wajib. Tidak akan sempurna
keimanan seseorang tanpa tawakkal kepada Alloh Azzawajalla.
2.
Tawakkal yang
tersembunyi
Dengan bersandar kepada mayit dalam memperoleh
kebaikan atau menolak bahaya, maka ia merupakan syirik besar. Sebab , orang
yang melkukan hal ini pasti meyakini bahwa mayit tang sudah meninggal tersebut
punya kemampuan tersembunyi di alam jagat raya ini. Tidak ada bedanya baik itu
mayitnya seorang nabi, wali, ataupun thagut musuh Alloh Subhanahuwata’ala.
3.
Tawakkal kepada
orang lain
Dia bersandar kepada orang lain diiringi perasaan tingginya
martabat orang yang ia bersandar kepadanya dan rendahnya ia di hadapanya,
seperti orang yang bergantung dalam mencari nafkah kepada seseorang, maka
tawakkal jenis ini merupakan syirik kecil. Adapun jika ia meyakini bahwa orang
lain itu sebagai sebab dan Alloh-lah yang menentukan maka hal ini tidak
mengapa.
4.
Menyerahkan
urusan kepada orang lain
Yaitu mewakilkan sebuah urusan kepada orang lain
dalam perkara-perkara yang mungkin bisa diwakilkan. Maka hal ini diperbolehkan,
brdasarkan dalil dari al-qur’an,hadits, dan ijma’. Nabi Ya’kub Alaihissalam
berkata kepada anaknya : “ Hai
anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Alloh. Seungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Alloh, melainkan kaum yang kafir“. (Qs.Yusuf : 87)
Mengambil Sebab
dan Usaha Tidak Bertentangan Dengan Tawakkal
Rasululloh shollalohualaihiwasallam mengajarkan ummatnya agar mengambil sebab. Dalam sebuah
riwayat ada seseorang yang bertanya kepada Rasululloh shollallohualaihiwasallam , “ wahai Rasululloh, apakah saya ikat
unta saya lalu tawakkal kepada Alloh ataukah saya lepas dengan tawakkal
kepada-Nya..?” Rasululloh menjawab,” ikat untamu dulu, baru tawakkal kepada
Alloh “.( HR.Tarmizi :2517, dihasankan
oleh Al-albani dalam takhrij
musykilah al-faqr no.22)
Imam Ibnu Qoyyim rohimahulloh mengatakan, “Tawakkal termasuk sebab terbesar
untuk meraih yang dinginkan dan menolak mara bahaya. Barang siapa mengingkari
untuk mengambil sebab dan uasaha maka tawakkalnya belum dikatakan benar. Akan
tetapi, termasuk kesempurnaan tawakkal adalah tidak boleh bersandar penuh
terhadap sebab tersebut.
Syaikh Abdurrahman as-sa’di rohimahulloh berkata, “ Berkenaan dengan sebab harus
diketahui 3hal :
Pertama : sebab itu harus sesuai dengan
syari’at dan qodari ( penelitian ilmiah)
Kedua
: Tidak boleh bersandar kepada sebab,
tetapi wajib bersandar kepada yang mejadikan dan yang mentakdirkannya disertai
dengan usaha dan bersemangat agar sebab tersebut member mampaat.
Ketiga
: Harus diketahui bagaimanapun besar dan kuatnya
sebab itu, ia tergantung pada qhodo’ dan takdir Allah Subhanahuwata’ala , tidak akan pernah lepas.
Beberapa
Perkara yang Bertentangan Dengan Tawakkal
1.
Thatayyur dan
Tasya’um
Yaitu
merasa bernasib sial terhadap sesuatu yang dilihat atau didengar. Semisal bila melihat burung
gagak hinggap di sebuah rumah maka pertanda akan ada orang yang meninggal,atau
merasa sial dengan hari senin dan sebagainya. Nabi shollalohualaihiwasallam bersabda ,
“ Thiyarah ( thatayyur) itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, dan setiap orang
pasti mengalaminya, hanya saja Alloh mengilangkannya dengan tawakkal”. ( HR.Bukhari dalam
adabul mufrad no.909, Abu Daud; 3910, Tirmizi; 1614, Ibnu Majah ; 3538,dll)
Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahulloh berkata, “
Thatayyur menafikan tauhid dari dua segi : pertama:
orang-orang yang berthatayyur memutus rasa tawakkalnya kepada Alloh dan
malah bergantung kepada selain Allah.
Kedua : Ia bergantung kepada sesuatu yang tidak ada hakikatnya bahkan
merupakan sesuatu yang hanya bersifat khayalan dan keragu-raguan semata”. ( Al-Qaul al-mufid; 559-560)
2.
Mendatangi dukun
dan Tukang Sihir
Sebagian bertawakkal dan bergantung kepada para
dukun untuk menunaikan hajat mereka. Padahal Rasululloh shollalohualihiwasallam bersabda: “ Barang siapa yang mendatangi dukun
kemudian membenarkan apa yang diucapkannya, maka sungguh dia telah kafir atas
apa yang diturunkan kepada i Muhammad” .( HR.Abu Dawud 225, Tirmizi 164, Ahmad
408, Ibnu Majah209, dll, dishahihkan oleh Al-albani dalam al-irwa’ 68)
3. Menggantungkan
Jimat, Rajah, dan sejenisnya.
Sebagaian dari manusia lainnya juga ada yang percaya
kepada jimat dan sejenisnya sehingga bergantung kepadanya dan menyerahkan
urusannya kepada jimat tersebut. Ketahuilah bahwa bergantung kepada jimat dan
sejenisnya sangat bertentangan dengan sikap tawakkal dan merupakan kesyirikan
sebagaimana sabda Rasululloh :
“
Sesungguhnya jampi, jimat, dan tiwalah adalah syirik” ( HR. Abu Dawud, Ibnu
Majah , Ahmad, dll.)
Adapun hokum orang yang memakai jimat, jika ia
meyakini bahwa jimat itu adalah faktor yang berpengaruh selain Alloh, maka dia
telah berbuat syirik besar. Namun jika ia meyakini bahwa jimat itu hanya
sebagai sebab saja, tidak terpengaruh dengan sendirinya maka ia telah berbuat
syirik kecil ( Al-Qaul al-mufid 165)
Mutiara
Shalafushalih Dalam Tawakkal
Ø Ibnu Abbas rohimahulloh
berkata, “ Dahulu para penduduk Yaman banyak yang pergi haji tanpa membawa
bekal, mereka berkata, “ kami adalah orang-orang yang bertawakkal”. Ternyata
ketika telah sampai Makkah mereka meminta-minta kepada manusia. Maka Alloh Azzawajalla menurunkan ayat yang berbunyi, “ Berbekallah
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa”. (Qs.Al-baqaroh 197)
Ø Said bin Jubair rohimahulloh
berkata, “Tawakkal adalah keimanan
yang universal”.
Ø Imam Ibnu Qoyyim rohimahulloh
berkata, “Rahasia tawakkal dan
hakikatnya adalah bersandar dan bergantungnya hati kepada Alloh semata.
Tidaklah tercela mengambil sebab dan tetap menjaga hati dari ketergantungan
kepada sebab tersebut. Sebagaimana orang yang berkata,” aku tawakkal kepada
Alloh” tetapi ia bersandar dan berkeyakinan kepada selain-Nya. Maka tawakkalnya
lisan berlainan dengan tawakkalnya hati. Oleh karena itu, ucapan orang , ‘saya
bertawakkal kepada Alloh’ tetapi ia bersandar dan bergantung kepada selain
Alloh tidaklah bermampaat sedikitpun. Sebagaiman orang yang berkata, ‘ saya
bertaubat kepada Alloh’, tetapi ia terus berkubang dengan maksiat”.( Al-fawaid hlm.94)
Demikianlah sedikit pembahasan seputar
tawakkal. Semoga Alloh subhanahuwata’ala senantiasa memberi taufiq dan hidayah-Nya
kepada kita agar kita tetap tawakkal dan istiqomah di jalan yang lurus. Wallohu a’lam.
Sumber : Majalah Al-furqon edisi
2 th.ke-11, syawal 1432. Dengan perubahan seperlunya.
0 komentar:
Post a Comment